MPBTQ Salah Satu Puzzle upaya Pemberantasan Buta Huruf Al-Qur’an

MPBTQ Salah Satu Puzzle upaya Pemberantasan Buta Huruf Al-Qur’an

Oleh : Nur Adi Setyo, S.Pd.I, M.Pd

Rektor Institut Ilmu al Quran IIQ Jakarta Nadjmatul Faizah menyebut angka buta aksara al Quran di Indonesia masih sangat tinggi.

Hasil riset lembaga pengabdian masyarakat IIQ  melalui Program Kuliah Kerja Lapangan tahun 2021/2022 yang dilakukan secara nasional di 25 Provinsi meneyebut bahwa terdapat 72,25 persen masyarakat terkategori belum mampu membaca alquran dengan baik.1

Menyikapi temuan tersebut, Menteri Agama Republik Indonesia yang juga pernah menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta memberikan komentarnya.

“Tinggi sekali loh Itu artinya hanya berapa yang bisa ngaji. Antara lain sebabnya mereka tidak punya Alquran,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta ini saat memberi sambutan dalam acara peluncuran Operasional Gedung Pusat Literasi Keagamaan Islam (PLKI) Unit Percetakan Al-Quran (UPQ) di Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (4/12/2024)

Selain karena keterbatasan Alquran, menurut dia, yang menyebabkan masyarakat Indonesia masih buta huruf karena guru agama masih terbatas.

“Kemudian faktor kedua. Disamping kepeterbatasan mushaf Alquran juga keterbatasan guru ngaji,” jelas dia.

Disisi lain, Berdasarkan hasil penelitian Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), kata dia, jumlah guru mengaji di seluruh Indonesia itu hanya 928 ribu guru.

Sementara itu, populasi umat Islam di Indonesia berjumlah 270 juta. “Berarti satu guru ngaji itu harus mengajar lebih seribu anak. Gak mungkin,” jelas dia.

Dia mengatakan, penelitian itu juga mengungkapkan bahwa 40 pesen dari 928 ribu guru ngaji itu gajinya hanya Rp 100 ribu per bulan.”Apakah orang bisa hidup dari 100 ribu rupiah per bulan? Itulah nasib guru ngaji,” ujar dia.

Berbagai Data dan Angka Terkait Buta Huruf Al-Qur’an

Kajian Kemenag:

Data dari kajian Kementerian Agama menunjukkan bahwa tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an pada level “cukup dan kurang”.

Hasil Survei Lain:

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada Maret 2023 menemukan angka buta huruf Al-Qur’an mencapai 72,25%. Angka ini kemudian dikutip kembali oleh Menteri Agama pada Desember 2024.

Wali Kota Depok, Supian Suri menyebutkan bahwa berdasarkan data survei dari Kementerian Agama (Kemenag), hanya sekitar 30 persen dari 32 ribu lulusan SD negeri di Kota Depok yang sudah bisa membaca Al- Quran.

Pada tahap awal pelaksanaannya, program pemberantasan buta huruf Al-Quran dilaksanakan untuk tujuh SD di wilayah Abadijaya.

“Targetnya tentu 100 persen lulusan pada tujuh SD negeri ini bisa memiliki kemampuan Al-Quran,” jelasnya.

Supian Suri menegaskan, program pemberantasan buta huruf Al-Quran merupakan tanggung jawab yang akan terus diupayakan pemerintah bersama masyarakat dan lembaga pendidikan.3

Untuk awalan, seluruh pembelajaran dan modul program Pemberantasan Buta Huruf Al-Quran tersebut disiapkan oleh Yayasan Madinatul Quran Peduli Umat yang akan berjalan pada tujuh Sekolah Dasar Negeri (SDN) di wilayah Kelurahan Abadijaya.

Antara lain SDN Baktijaya 1, SDN Baktijaya 3, SDN Baktijaya 4, SDN Baktijaya 5, SDN Baktijaya 6, SDN Mekarjaya 31 , dan SDN Sugutamu.

Konsep dan teknik yang digunakan oleh yayasan Madinatul Qur’an adalah memberikan pelatihan kepada guru-guru di 7 SDN wilayah kelurahan Abadijaya, untuk kemudian guru-guru tersebut akan mengajari murid-muridnya.

Wali Kota Depok mengatakan, program ini nantinya akan diperluas hingga 206 SD Negeri di Kota Depok, sehingga diharapkan anak-anak sudah bisa membaca Al-Quran usai lulus Sekolah Dasar.

(Website :depok.go.id. Wali Kota Depok Luncurkan Program Pemberantasan Buta Huruf Al-Quran dan Markaz Dirosah Quran Sab’a Sanabil Senin, 15 Sep 2025, 11:54 WIB)

Bervariasinya Angka:

Ada beberapa penelitian yang menghasilkan angka yang berbeda-beda. Misalnya, hasil kajian dari LPKM IIQ Jakarta menyebutkan persentase buta aksara Al-Qur’an sekitar 58,57% hingga 65%.

Faktor Penyebab Buta Huruf Al-Qur’an

Kualitas Guru:

Kompetensi guru Al-Qur’an memengaruhi kemampuan murid dalam membaca.

Minat dan Motivasi:

Kurangnya minat murid dan motivasi dari keluarga juga menjadi faktor pendukung.

Jumlah Murid dan Kualitas Pengajar:

Ketidakseimbangan antara jumlah murid dan pengajar serta kualitas pengajar.

Penyebab buta huruf Al-Qur’an di Indonesia menurut kemententrian agama adalah kombinasi dari kurangnya minat dan motivasi dari individu, dukungan keluarga dan lingkungan yang lemah, keterbatasan fasilitas dan kualitas pengajaran, pengaruh distraksi teknologi seperti gawai dan media sosial, serta faktor sosio-ekonomi seperti kemiskinan yang menghambat akses pendidikan Al-Qur’an.

Berikut adalah rincian faktor-faktor tersebut:

Kurangnya Minat dan Motivasi

: Banyak orang menunda atau tidak punya keinginan untuk belajar membaca Al-Qur’an karena merasa sibuk, usia terlalu tua, atau kurangnya kepercayaan diri untuk memulai.

Dukungan Keluarga dan Lingkungan:

Keluarga sering kali tidak menjadikan pendidikan Al-Qur’an sebagai prioritas, sementara lingkungan masyarakat dan sekolah juga tidak memberikan dukungan yang memadai.

Fasilitas dan Kualitas Pengajaran

Kualitas guru yang kurang kompeten dan fasilitas pengajaran yang terbatas atau tidak memadai membuat proses belajar mengajar Al-Qur’an menjadi kurang efektif.

Pengaruh Teknologi

Gawai, media sosial, dan hiburan daring menyita waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk belajar Al-Qur’an, sehingga kedekatan dengan kitab suci ini terpinggirkan.

Faktor Ekonomi

Kemiskinan menjadi penghambat utama dalam akses pendidikan Al-Qur’an, karena biaya pendidikan yang diperlukan dapat menjadi beban bagi keluarga.

Kelangkaan Guru Al-Qur’an

Terutama di daerah terpencil atau minoritas, keberadaan guru mengaji yang kompeten sangat sulit ditemukan, padahal pengajaran Al-Qur’an membutuhkan bimbingan langsung.

Peran serta masyarakat dalam pengentasan buta huruf al Quran di kota Depok.

MPBTQ komit Berantas buta huruf Qur’an

Sekelompok anggota masyarakat Kota Depok yang terdiri dari beberapa orang alumni Pondok Modern Darussalam Gontor Jawa Timur yang umumnya berlatar belakang aktifis dunia pendidikan serta unsur masyarakat lainnya ikut berpartisipasi aktif dalam mendukung program pemerintah Kota Depok yang saat ini dinakhodai oleh Supian Suri sebagai Walikota Periode 2025-2030.

Para aktifis pendidikan ini berhimpun dalam gerakan yang diberi nama “Masyarakat Peduli Baca Tulis Quran”, Sebuah kurikulum sedang dipersiapkan agar nantinya kegiatan ini bisa lebih optimal dan efisien.

Ustad Rohmat Rospari sebagai koordinator menjelaskan bahwa Masyarakat Peduli Baca Tulis Quran yang selanjutnya disingkat MPBTQ ingin bergerak lebih jauh lagi, karena bukan hanya berfokus kepada pengenalan huruf dan baca tulis Quran tetapi juga menyusun kurikulum untuk juga menyasar ke ranah fiqh dasar, ibadah muamalah sehari hari maupun penanaman aqidah sejak dini.

“Hal ini tidak kalah penting agar anak-anak kita nantinya mengenal agama dan sekaligus mengamalkannya sejak dini dan kemudian menjadi karakter mereka sehingga dewasa”.

Aktifis pendidikan keagamaan anggota MPBTQ ini tersebar di beberapa wilayah, ada dari wilayah Limo, Cinere, Grogol, Rangkapan Yaya, Abadi Jaya, Cilodong, Sukatani, Pasir Putih, Bedahan maupun Pancoran Mas.

Referensi

Website ; Republika Menag Ungkap 72,25 Persen Muslim di Indonesia Buta Huruf Alquran Penyebab tingginya buta huruf Quran antara lain karena mereka tak punya Alquran. Kamis 05 Dec 2024 17:39 WIB)

(Website :depok.go.id. Wali Kota Depok Dorong Lulusan SDN Tidak Ada Lagi yang Buta Huruf Al-Quran. Senin, 15 Sep 2025, 14:21 WIB)

(sumber; website Institut Ilmu al Quran Jakarta Hasil Riset: Angka Buta Aksara Al-Qur’an di Indonesia Tinggi, Sebegini, jumat 16 september 2022).

Related posts
Tutup
Tutup